Cedera pada ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT (ACL) sangat merugikan . Pada umumnya terjadi pasien usia muda, dan
seringnya misdiagnosis, diagnosis yang terlambat, cedera berulang, dan teknik operasi yang tidak tepat akan menyebabkan atlit olah raga muda dengan cedera
lutut yang berkembang menjadi prematur
arthritis. Insidensi cedera ACL pada populasi penduduk secara umum di USA
1:3000. Dimana secara gender wanita lebih banyak 2-8x lebih banyak untuk cedera
ACL dibanding laki-laki. Dan lebih
banyak pada populasi atlit olah raga sekitar 80.000 sampai 250.000
setiap tahunnya.1,
2
Beruntungnya ,
prespektif saat ini pada penatalaksanaan
terapi cedera lutut- ACL telah berubah. Kemampuan kita dalam mendiagnosa cedera
ACL telah mengalami perkembangan yang baik.
Dan hasil dari tindakan operatif
lebih mudah diprediksikan, dengan
sedikit morbiditas. Dengan perkiraan saat ini, lebih dari 100.000 ACL rekonstruksi dilakukan setiap tahun di
Amerika Serikat. Hasil tindakan operatif selama
jangka panjang obseravasi menunjukkan hasil baik, dalam hal stabilitas
fungsional, hilangnya gejala, dan
kembalinya tingkat aktivitas sebelum
cedera, yang dilaporkan antara 75 dan 90
persen.2,
3
Anatomy dan Biomekanik
|
|
ACL merupakan
suatu intrarticular, tetapi ekstraynovial, ligament ini berfungsi sebagai penopang utama pada saat
tibia melakukan translasi dan sebagai stabilisasi sekunder pada saat valgus dan
varus stress saat ektensi full. ACL
tersusun dari struktur kolagen tipe 1 dan memiliki viskoelastisitas yang sama
dengan ligament lainnya. Vaskularisasi
ACL terutama berasal dari arteri genucalatum tengah, cabang dari arteri
poplitea, sedangkan sekunderi vaskularisasi berasal dari inferomedial dan
inferolateral genuculatum arteri melalui anterior fat pad. Walaupun masih kontroversial, ACL juga
mempunyai struktur nerve ending dari saraf tibialis posterior yang bertanggung
jawb penuh terhadap proprioseptif. Kekuatan tensile strength dari ACL sekitar
1725 + 269 N. demikian, merupakan
standard minimal dari kekuatan tensile strength yang dibutuhkan untuk
rekonstruksi graft ACL.1,
2
Secara
anatomical, ACL tersusun oleh 2 bundel anatomi yang berbeda. bundel
anteromedial dan bundel posterolateral, dimana bundel anteromedial lebih tegang
di 60 derajat atau lebih posisi fleksi, sedangkan bundel posterolateral lebih
laksity saat fleksi dan tegang saat ekstensi dan keduanya saat internal dan
eksternal rotasi. Pada full ekstensi,
kedua bundel dalam posisi paralel dilihat dalam orientasi sagital. Sedangkan
saat fleksi knee, bundel posterolateral yang berinsersi di femur bergerak anterior
dan saat itu kedua bundel tersebut bersilangan.2
Dua bundel ACL
dinamakan berdasarkan hubungan dengan insersi tibia. Anteromedial dan posterolateral bundel
berorigo dari posteromedial aspek dari lateral femoral condyle dan masuk dalam
bentuk oval, melebar luas diantara dan sedikit anterior didalam intercondylar
eminences tibia. Panjang rata-rata
anteromedial bundel sekitar 28-38 mm,
lebih panjang dibanding dengan bundel posterolateral yang
panjangnya rata-rata 17,8 mm dan
keduanya berdiameter sama antara 7-17 mm dengan rata-rata 11 mm. jarak antara
titik tengah dari tiap bundel 8-10 mm.
Dengan menggunakan sistem arah jarum jam, bundel anteromedial diarah
posisi 10.30 dari bidang frontal, sedangkan pusat dari bundel posterolateral
diarah posisi jam 9.30.2
Secara
penelitian biomekanik, kekuatan yang dihasilkan oleh ACL saat beban dari anterior tibial paling besar di
30o knee fleksi dan mulai menurun saat fleksi bertambah. Stress pada bundel anteromedial lebih besar
saat fleksi sedangkan stress pada bundel posterolateral paling besar saat
ekstensi. Tetapi pada penelitian yang
dilakukan Sakane dan rekan2, menggambarkan bahwa posteromedial bundel lebih
banyak menggambarkan beban keseluruhan pada ACL saat fleksi dan ekstensi ,
sebaliknya bundel anteromedial , yang mengalami gaya relatif konstant sepanjang
gerakan lutut. Ditambahkan, bundel posterolateral(PL) memiliki peranan paling
penting dalam stabilitas rotasi dan translasi lutut.2,
3
Pentingnya
anatomi dan biomekanik dalam rekonstruksi ACL dengan mengganti graft subtitutes selain untuk memperbaiki kembali fungsi kinematik rotasi
dan translasi seperti sediakalanya saat normal, dan
juga pentingnya akurasi dalam rekonstruksi penempatan graft.
Mekanisme Trauma dan Diagnosis Klinis
Diketahui bahwa
cedera ligament kompleks (anteromedial
dan anterolateral instability ) yang terjadi karena trauma
berat valgus atau varus dengan disertai atau tidak internal rotasi atau eksternal rotasi. Berdasarkan insidensi yang terjadi mekanisme
cedera ACL 70% berhubungan dengan
olahraga, terutama pivoting sports seperti olahraga basket, sepak bola juga
olahraga ski. Muller melaporkan terdapat dua mekanisme yang menyebabkan
isolated ACL ruptur terutama trauma
hiperekstensi dan mendarat setelah melompat dengan sendi lutut slight fleksi. Muller melaporkan bahwa mekanisme trauma
hiperekstensi membentang kuat ACL diatas roof dari anterior notch, dengan
mekanisme trauma tersebut menyebabkan bundel PL rusak semakin bertambah bila
bundel semakin tegang saat lutut ekstensi (fig7-2). Sedangkan mekanisme trauma olahraga ski
dimana terjadi valgus dan internal rotasi (dikenal “phantom foot mechanism”)
ketika saat atlet mendarat setelah melompat, beban otot quadriceps eksentrik
dapat adkwat merusak ACL. Beynnonn dan
rekan menggambarkan kontraksi quadriceps menambah ACL strain saat 15 fleksi, sehingga saat atlit mendarat menyebabkan
aktivasi quadriceps menghasilkan beban 6000 N dan menginduksi tambahan beban
2000N terhadap ACL.2,
1
|
Dari anamnesa
pasien biasanya mengingat sensasi ketika lutut ditekuk dan ambruk ketanah,
seperti mendengar suara “pop” dan sensasi robekan yang terjadi hampir 80% dari
cedera akut ACL. Dan menggambarkan adanya “two fist” sign yang tampak seperti
karakteristik joint instabilitas. Dan
atlit pada umumnya tidak dapat melanjutkan dikarenakan nyeri. Kemudian lutut seringnya bertambah keluhan
dengan adanya hemarthrosis dalam 3 jam, tetapi pasien mengeluh secara gradual
bengkak lebih dari 24 jam. Cedera akut
pada lutut , meniscus tear sering terjadi pada sisi lateral dibandingkan sisi
medial. Sedangkan pada gejala kronis,
medial meniscus tear lebih sering terjadi.
Displaced Buckle handle tear lebih sering terjadi 4 kali disisi medial
dibandingkan di lateral. Biasanya pasien mengeluh gejala klinis seperti
terkunci, displaced buckle handle tear sering ditumpangkan pada kronis ACL
deficient.1-3
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
klinis yang penting untuk menegakkan diagnosis suatu cedera ACL terdiri 3
pemeriksaan klinis yaitu Lachman test, Anterior Drawer testm and Pivot shift
test. Lachman test lebih sensitif
dibandingkan pemeriksaan lainnya, sedangkan pivot shift test menggambarkan
pathognomonic dari suatu ACL deficient knee. Sedangkan Anterior drawer test
untuk sensitivitasnya kurang.2,
3
Lachman test
dilakukan dengan knee flexi 15-20 derajat, paha distabilisasi dengan salah satu
tangan pemeriksa dan tangan lainnya
memegang proximal kaki, dan adanya anterior translation pada tibia
menggambarkan lachman test positif .
Lachman test terbagi 3 grade yaitu grade 1 (1-5 mm translation
dibandingkan dengan lutut sebelahnya), grade 2 ( 6-10mm), dan grade 3(>10mm).
Anterior drawer
test dilakukan dengan lutut fleksi 90 derajat dan pemeriksa umumnya duduk
diatas telapak kaki untuk menstabilisai dari tungkai bawah dan dilakukan anterior
translation yang mirip dengan lachman
test dengan lutut fleksi lebih lanjut. Test ini kurang sensitivitasnya tetapi
dapat sebagai pembanding terhadap kecurigaan suatu cedera Posterior Cruciate
ligament (PCL). Sebagai contoh, jika anterior translasi oleh anterior drawer
test lebih besar dibandingkan lachman test , maka perlu dicurigai suatu cedera
PCL. Sedangkan Pivot shift test menggambarkan relatif subluksasi fenomena reduksi dari ACL deficient knee
(gambar). Test ini dilakukan dengan axial load dan kekuatan valgus terhadap
lutut. Dengan ACL deficient knee saat
ekstensi , tibia mengalami anterior subluksasi. Dan lutut tereduksi dengan
15-20 derajat fleksi2
Radio imaging
Pemeriksaan
radiografi standar hendaknya tetap dilakukaan, termasuk gambaran
anteroposterior, lateral , skyline view. Hal ini perlu dilakukan untuk
menyingkirkan adanya gambaran fraktur. fraktur avulsi pada tibial insertion
jarang sekali terjadi tetapi dapat terlihat pada usia remaja, atau pasien usia
30-40 th dengan densitas tulang yang berkurang. Kemudian adanya gambaran
osteophyte pada intercondylar notch dapat diperkirakan suatu kronis ACL
deficient knee. Atau gambaran Segond fracture (lateral casular avulsion
fracture) dapat terlihat sebagai gambaran adanya avulsi fraktur yang kecil di
distal dari permukaan articular anterior pada aspek anterior tibia, gambaran
ini menjelaskan suatu pathognomonic yang berhubungan dengan cedera ACL. Untuk cedera kronis dengan adanya cedera
berulang pada penekanan dari sulcus terminalis biasanya didapatkan gambaran
radiografi “lateral nocth sign”. Jarang, gambaran ini terjadi pada akut ACL.2,
3
MRI sering
dilakukan pada kasus-kasus yang dicurigai suatu cedera ACL dan sangat membantu
untk menilai patologi meniscus, kontusi
tulang, tibial eminence fracture, intraartikular fraktur, dan yang berhubungan
cedera ligament. Kita jarang menggunakan
MRI untuk menegakkan diagnosis suatu cedera ACL, yang telah dilakukan
berdasarkan anamnesa penyakit dan pemeriksaan klinis. Lebih lanjut, pemeriksaan
MRI tidak digunakan untk membedakan apakah cedera ACL ini partial atau
total. Namun demikian, MRI sangat
penting untuk evaluasi cedera lutut ACL.3
Penatalaksanan Terapi
setelah
diagnosis dari cedera ACL ditegakkan, maka penentuan dari penatalaksanaan
terapi selanjutnya yang harus diperhatikan beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan apakah perlu dilakukan tindakan konservatif atau tindakan
operatif. Faktor utama yang sangat penting adalah level aktivitas olahraga.
Seperti yang dijelaskan oleh Daniel dan rekan, Level 1 olahraga yang membutuhkan
gerakan memotong yang cepat dan keras, pivot, dan manuver lompat seperti
olahraga basket, sepak bola. Sedangkan level 2 mirip tetapi kurang untuk
melompat atau gerakan memotong cepat seperti basket, ski. Level 3 umumnya olahraga yang bersifat liniear
seperti jogging dan lari termasuk didalamnya aktivitas kerja. Pertimbangan untuk tindakan ACL rekonstruksi
dipertimbangkan pada level 1dan 2.3
Faktor umur yang juga perlu
dipertimbangkan untuk tindakan operatif.
Ciccotti dan rekan , untuk penatalaksanaan cedera ACL pada pasien usia
40-60 th, didapatkan hasil yang memuaskan bila dilakukan dengan tindakan nonoperatif 80% tetapi mandatory
untuk merubah aktivitas dayli living.3
Faktor dari immaturitas tulang
pasien, dimana cedera ACL meningkat sering terjadi pada usia remaja. Tindakan nonoperatif pada complete tears akan
menyebabkan rekurensi fungsional
instability disertai resiko cedera meniscus dan kartilago articular. Pada
gambar dibawah ini menjelaskan algoritme
dari complete tears.3
Level keahlian olah raga juga
sebagai pertimbangan apakah perlu dilakukan tindakan operatif atau tindakan
nonoperatif. Atlit olahraga yang perlu kita ketahui terbagi sebagai atlit
olahraga rekreasi, interscholastic, intercollegiate atau profesional. Sebagai pertimbangan untuk
atlit olahraga rekreasi dapat dilakukan tindakan nonoperatif seperti
menggunakan ACL orthosis, modifikasi aktivitasdan rehabilitasi.3
Faktor berhubungan dengan patologi
ligament seperti displaced bucket handlemeniscal tears, atau cedera medial
collateral ligament (MCL), atau knee dislokasi, maka perlu dipertimbangkan
dilakukan tindakan ACL rekonstruksi.
Tindakan operatif
Sebelum
operasi, ahli bedah harus sudah memutuskan pilihan mana yang akan ditempuh
untuk tindakan rekonstruktif: apakah reparasi primer (yaitu, penjahitan) pada
ligamen anterior saja, perbaikan utama ligamen anterior serta perbaikan
struktur ligamen lain, reparasi primer dikombinasikan dengan augmentasi perbaikan dengan menggunakan beberapa struktur lain
(intra-articularly atau extraarticularly, atau keduanya), atau membuang robekan ligamen anterior dan penggantian dengan yang lain struktur
(struktur biologis atau sintetis, atau keduanya). Masing-masing pilihan
telah menjadi fokus pemikiran yang cukup dan perhatian ilmiah .3,
4
Primary Repair
Primary repair saja pada
cedera akut ACL, meskipun masih sedang dievaluasi dan menganjurkan oleh beberapa
penelitian, walaupun tampaknya gagal dari waktu ke waktu. Menurut Engebretsen, sejumlah
ahli bedah, termasuk Palmer, O'Donoghue, dan Liljedahl, semua menganjurkan
primer perbaikan ligamen anterior di tahun 1950-an
karena kemampuan metode ini hanya berjangka pendek untuk
menstabilkan fungsional lutut . Teknik
ini dijelaskan oleh Marshall et al. kemudian menganjurkan sebagai
perbaikan versi pendekatan tersebut. Meskipun hasil
jangka pendek lagi-lagi mendorong, retrospektif jangka panjang dan ulasan prospektif menunjukkan
bahwa sebanyak 40 untuk 50 persen dari hampir 400 perbaikan utama dalam delapan
penelitian yang berbeda telah gagal dalam lima tahun dan tingkat yang lebih
tinggi cacat dicatat setelahnya. Walaupun, sebaliknya, hasil ini jelas
menunjukkan bahwa sebanyak 60 persen pasien mungkin memiliki fungsional lutut stabil setelah perbaikan primer, tetapi hasil
ini dipertanyakan apakah hasil ini benar
benar berbeda dari hasil pengobatan non-operasi. Baik data bersifat retrospektif dan
prospektif terbaru menunjukkan bahwa perbaikan utama terisolasi dari ligamen anterior
menjadi fungsional tidak memadai dari waktu ke waktu dalam proporsi tinggi
pasien.3, 4
Primary Repair dengan Augmentation
Ada beberapa cara yang dapat meningkatkan perbaikan utama ligamen
anterior. Opsi pertama adalah mengikuti penjahitan utama ligamen akut
disertai perbaikan struktur lainnya (misalnya, medial colateral ligament, perluasan dari
otot-otot semimembranosus dan posteromedial aspek kapsul di sisi medial
lutut, atau arkuata kompleks pada sudut
posterolateral lutut) jika struktur tersebut rusak juga. Teknik Pendekatan ini, umumnya digunakan hanya lutut dengan memiliki
cedera yang lebih serius pada ACL,
terkait dengan risiko
tinggi komplikasi dan belum terbukti memiliki manfaat yang terukur. 4
Cara kedua untuk menambah suatu ligamentum terutama dijahit
cruciatum anterior dengan topangan buatan. Perangkat
ligamen-augmentation buatan yang ditempatkan melalui sendi dan diatas lateral
condyle femur yang mungkin dapat menstabilkan beberapa sendi ketika
dikombinasikan dengan penjahitan utama ligamen anterior. Namun, dalam studi banding prospektif, augmentation seperti
tampaknya tidak mengubah hasil yang dicapai dengan perbaikan utama saja. Cara ketiga yaitu dengan meningkatkan mekanikal menjahit pada perbaikan ligamen anterior dengan
prosedur lateral extraarticular.
Cara terakhir menambah perbaikan utama ligamen
anterior, dan salah satu yang paling digunakan
umum saat ini, adalah menempatkan tendon atau fascial graft disamping
atau melalui perbaikan ACL, karena mampu menjembatani kesenjangan antara
ujung-ujung yang robek dan menyediakan reattachment terhadap "tulang '.
Berbagai jenis graft yang mungkin dipilih untuk pendekatan ini adalah sama
dengan yang digunakan untuk perbaikan dari kronik ACL deficient knee. Namun, ia
mencatat bahwa tidak ada penelitian yang mendukung pandangan bahwa perbaikan
primer ditambah dengan graft adalah lebih baik daripada penggunaan graft saja
".
Prosthetic Replacement
ligamen Prosthetic masih jauh dari sempurna. Secara umum, hasil klinis dan laboratorium jangka pendek hampir semua
ligamen prostetik yang digunakan untuk pengobatan isolasi ketidakstabilan dari ligamen anterior telah mendorong,tetapi mereka terus
berhubungan dengan masalahnya. Seperti allografts, mereka kurang berhasil dalam
pengobatan ketidakstabilan kompleks dan dalam situasi penyelamatan, sayangnya,
ini dimana situasi dokter bedah akan
menemukan mereka yang paling berguna. Data saat ini dikumpulkan dari delapan
penelitian menunjukkan bahwa antara 40 dan78 persen dari ligamen prostetik yang
ditanamkan dan dipelajari selama lima belas tahun gagal dari waktu ke waktu.
Mereka juga tampak lebih sering menimbulkan komplikasi (sebanyak empat puluh
dua komplikasi [48 persen] dalam delapan puluh delapan pasien dalam satu series)
dibandingkan dengan rekan biologis mereka. Ini
tingginya tingkat komplikasi mungkin setidaknya sebagian terkait dengan generasi debris yang ada di sendi dan tulang. Sebagian desain ligamen prostetik menjadi lebih anatomis dan biologis, angka keberhasilan akan terus bertambah. Namun, untuk saat ini waktu, indikasi untuk penggunaannya tetap terbatas.4
tingginya tingkat komplikasi mungkin setidaknya sebagian terkait dengan generasi debris yang ada di sendi dan tulang. Sebagian desain ligamen prostetik menjadi lebih anatomis dan biologis, angka keberhasilan akan terus bertambah. Namun, untuk saat ini waktu, indikasi untuk penggunaannya tetap terbatas.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Bernard R.Bach J, T.Provencher M: ACL Surgery: SLACK Incorporated, 2010,
pp 39-54.
2. H.Fu F, B.Cohen S: Current
Concept in ACL Reconstruction: SLACK Incorporated, 2008, pp 21-61.
3. D.miller m, J.Cole B: textbook
of Arthroscopy. Philadephia: Saunders, 2004, pp 633-656.
4. B.FRANK C, W.JACKSON D: CURRENT CONCEPTS REVIEW-THE SCIENCE
OF RECONSTRUCTION OF THE ANTERIOR
CRUCIATE LIGAMENT. J Bone Joint Surg 1997:79:1556-1576.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar